Berita STAIN Kudus: <br> Diskriminasi Gender Juga Bisa Timpa Laki-laki




KUDUS, suaramerdeka.com *–

Diskriminasi atau ketidakadilan gender, tidak hanya bisa menimpa kaum perempuan saja, tetapi dalam kondisi tertentu juga bisa saja menimpa kaum adam (laki-laki).

Kondisi ini terlihat di sejumlah kota pesisir, di mana anak-anak perempuan lebih banyak mendapatkan akses belajar lebih tinggi, sementara laki-laki kurang mengganggap penting melanjutkan sekolah, karena dengan melaut sudah bisa mendapatkan penghasilan.

Anggota Kelompok Kerja (Pokja) Gender Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof Dr Ismi Dwi Astuti Nurhaeni MSi mengutarakan hal itu dalam seminar ‘’Menggagas Pendidikan Islam Sensitif Gender di Indonesia’’ yang digelar Pusat Studi Gender (PSG) STAIN Kudus, baru-baru ini.

‘’Persoalan bias gender ini mengakar kuat dalam bidang pendidikan, baik di sekolah maupun di masyarakat,’’ ujarnya dalam seminar yang dihadiri jaringan PSG di Jawa Tengah, dosen, dan utusan dari kalangan pesantren di Kabupaten Kudus.

Dia mengemukakan, bias gender di bidang pendidikan ini bisa ditemukan dalam bahan ajar, proses pembelajaran, lingkungan, fisik, hingga pengelolaan kelas. ‘’Beberapa aspek ini perlu diperhatikan dengan perlakuan pendidikan yang responsif gender,’’ tegasnya.

KH Muhaimin, narasumber lain dari Forum Persaudaraan Umat Beragama (FPUB) Yogyakarta mengemukakan, bahwa yang terpenting dalam upaya kesetaraan gender adalah bagaimana memberi akses bagi perempuan untuk aktualisasi diri.

‘’Mengenai aktualisasi memberi akses terhadap perempuan ini, kami wujudkan dengan mendirikan pesantren putri Nurul Ummahat di Yogyakarta untuk istri saya. Dengan ini kiprah istri saya ikut ambil bagian dalam mencerdaskan kaum perempuan semakin terlihat,’’ tuturnya.

Ketua PSG STAIN Kudus, Nur Said, mengatakan, Islam melalui risalah Nabi Muhammad SAW telah mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan. ‘’Sebelum Islam datang, perempuan cenderung diperjualbelikan dan sekadar untuk memenuhi kepuasan laki-laki,’’ katanya.

Maka, terangnya menambahkan dalam seminar yang didukung 27 paper (makalah) itu, Islam telah mengangkat perempuan pada posisi yang begitu mulia.

‘’Untuk itu, spirit kenabian (profetik) perlu menjadi basis bagi pendidikan Islam yang responsif gender dengan semangat pemanusiaan dan pembebasan,’’ tandasnya. (* Rosidi / CN19 / SMNetwork *)

oleh admin-dev | Edisi Tanggal: 22-12-2013 Jam: 18:29:24 | dilihat: 6796 kali