Hindari Generasi Ijazah, PTKI Harus Perkuat Skills and Knowledge Mahasiswa




Jakarta (Kemenag) - Keberadaan Perguruan Tinggi saat ini, termasuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di bawah naungan Kementerian Agama adalah kemampuanya merespon tantangan kekinian (current challenges) sekaligus mampu memprediksi dan menyelesaikan tantangan umat di masa yang akan datang.

Terkait dengan hal tersebut, Dit. PTKI melalui Subdit Kelembagaan dan Kerjasama kembali mengadakan serial International Collaboration Series di penghujung akhir tahun 2020 (15/12) dengan menghadirkan akademisi Guru Besar dari Western Sydney University (WSU) Australia yakni Prof. James Arvanitakis.

Prof. James dalam kesempatan ini menyampaikan tema khusus dengan judul Policy on Higher Education to face current challenges and future needs of the society.

Tema yang sangat kontekstual dimana saat Covid-19 ini banyak sekali perguruan di dunia dipaksa untuk reorientasi kuruikulum dan dalam banyak hal akhirnya mengadakan model pembelajaran dilakukan secara online.

Dalam sambutan Direktur Diktis Prof. Dr. Suyitno menyambut baik kegiatan ini dan menyoroti tiga hal yang menjadi problematika dalam dunia Pendidikan Tinggi yakni SDM (Human Resources), Kurikulum dan Kelembagaan (institusi). “Ketiga aspek merupakan common problem yang dihadapi berbagai Perguruan Tinggi diberbagai belahan dunia saat ini. Untuk itu, Perguruan Tinggi harus mampu memaksimalkan SDM-nya, serta mampu mendesain Kurikulum sesuai konteks zamannya dan tidak kalah penting adalah penguatan Institusi”, jelas Suyitno.

“Itulah kenapa saat ini kementerian Agama menyelenggarakan program 5000 Doktor dalam rangka penguatan SDM baik dalam maupun luar negeri serta program peningkatan akreditasi lembaga”, tambahnya.

Menurut Prof. Dr. James Arvanitakis, WSU Australia dalam paparannya, salah satu point yang menarik adalah perlunya menciptakan Citizen Scholars yang mampu berfikir kritis, working across boundaries serta sinergis.

“Mencipatkan generasi yang seperti ini tentu memerlukan desain pembelajaran yang kontekstual karena menurutnya perubahan akan terus ada (Changes is always happening)”, jelas James.

Pada kesempatan yang sama Kasubdit Kelembagaan dan Kerjasama M. Adib Abdushomad, M.Ed., Ph.D menyampaikan bahwa tema ini sengaja diangkat antara lain untuk memperkuat jaringan kerjasama antar Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dengan Perguruan Tinggi dunia meski ruang gerak terbatasi oleh covid-19, namun penguatan jaringan dan kerjasama tidak boleh berhenti. Tercatat sudah lebih dari 3 kali seminar International Collaboration Series ini dilakukan dengan melibatkan akademisi kelas dunia.

“International Collaboration Series ini diikuti oleh audiens yang sangat variatif diantaranya, Wakil Rektor bidang akademik, bidang kerjasama, direktur Pascasarjana serta akademisi dari negeri dan swasta. Selain itu juga hadir para mahasiswa Indonesia yang kini sedang menumpuh studi di luar negeri”, jelas Adib yang merupakan alumni dari Flinders University Australia.

Saat ini terjadi anggapan di kalangan masyarakat bahwa bahwa para alumni perguruan tinggi tidak merefleksikan kualitas dan kompetensi yang memadai sesuai dengan tuntutan masyarakat, maka sesungguhnya tujuan kampus melebihi ekspektasi dari itu semua, karena mengajarkan seseorang untuk terus belajar (to keep learning).

Sehingga work experience during university perlu dipersiapkan agar setiap mahasiswa memilki skill dan knowledge yang transferrable dan applicable dimanapun sebagaimana model kampus merdeka belajar saat ini. Intinya jangan sampai kampus berorientasi mencetak selembar Ijazah semata (certificate oriented) tanpa diikuti kompetensi yang memadai, dan ini tentu sangat membahayakan. Untuk menghindari hal tersebut maka pimpinan PTKI harus perkuat skills and knowledge mahasiswa.

(Adib/Alip)

oleh admin-dev | Edisi Tanggal: 16-12-2020 Jam: 10:38:57 | dilihat: 288 kali