KEMENAG RI MEMACU PTAIN TINGKATKAN KERJASAMA PENDIDIKAN DENGAN UNI EROPA




Yogyakarta (16/1/2014) Seminar “Social Challenges of Muslim Community in the European Union” yang telah dilaksanakan di Hotel Saphire Yogyakarta pada tanggal 16 Januari 2014 merupakan momentum yang tepat sebagai langkah awal dalam mempromosikan HAM dan demokrasi kehidupan plural masyarakat Indonesia. Seminar yang dihadiri oleh para rektor dari UIN dan IAIN tersebut mengangkat topik dan isu terkini mengenai kondisi masyarakat Muslim di Uni Eropa yang masih mengalami diskriminasi. Seminar ini merupakan hasil kerjasama KBRI Belgia, Luxembourg dan Uni Eropa, Kementerian Agama RI, dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Seminar yang dibuka oleh Direktur Pendidikan Tinggi Islam, Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA tersebut menghadirkan Keynote Speaker Duta Besar Indonesia untuk Belgia, Luxembourg dan Uni Eropa, Mr. Arif Havas Oegroseno. Presentasi hasil penelitian juga disampaikan dalam seminar ini oleh para peneliti dari Belgia dan Indonesia antara lain Julie Pascoet wakil dari European Network Against Racism (ENAR), Fatimah Husein,Ph. D, Dosen/Peneliti dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan Muhammad Wildan, Ph. D dari Center for the Study of Islam and Social Transformation (CISForm) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Seminar membahas perkembangan dan isu-isu kehidupan masyarakat umat Muslim di wilayah Uni Eropa dan melihat perbandingannya dengan kehidupan plural masyarakat Muslim di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menjalin hubungan kerjasama timbal balik dalam bidang pendidikan antara Indonesia dengan Uni Eropa dengan melakukan collaborative research, sabbatical leave, joint research, maupun cultural exchange. Kerjasama dalam bidang penelitian tersebut bertujuan untuk mengekplorasi persoalan-persoalan dan kendala-kendala yang dihadapi oleh umat Muslim dari kedua negara khususnya di wilayah Uni Eropa yang mulai menghadapi perlanggaran HAM dan perlakuan diskriminasi.

Selain itu seminar juga bertujuan untuk mempromosikan kehidupan pluralis masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim yang mampu hidup berdampingan secara demokratis dan harmonis selama bertahun-tahun dengan masyarakat non-muslim. Kondisi ini dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat Eropa untuk melihat secara langsung kondisi kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai macam ras, budaya, dan agama namun tetap menjaga kesatuan dan persatuan dengan baik.

Hasil kerjasama dalam penelitian kolaboratif diharapkan mampu mendorong pihak pemerintah untuk meningkatkan kerukunan kehidupan antar umat beragama khususnya di Uni Eropa. Sebagaimana yang disampaikan oleh Duta Besar bahwa “Kita melihat perkembangan masyarakat Islam, agama lain dan kelompok minoritas di Eropa bukan untuk mencari kesalahan dan kelemahan, namun adalah menjadi sumber inspirasi dan demokrasi bagi Bangsa Indonesia”. Duta Besar memberikan gambaran bahwa negara-negara Uni Eropa memiliki persamaan mendasar dari segi pluralism dan diversity dengan bentuk perbedaan yang hampir sama dengan Indonesia. Terutama dari segi dasar-dasar negara, Indonesia memiliki prinsip “Diversity in Unity” (makna sesungguhnya dari Bhinneka Tunggal Ika) dan Uni Eropa memiliki prinsip “United in Diversity”. Pada saat Arif Havas Oegroseno mendampingi Parlemen Eropa melakukan kunjungan ke Indonesia, Ketua Delegasi Untuk ASEAN Parlemen Eropa, Dr. Werner Langen mengatakan bahwa “The relationship between Indonesia and European Union is based on three D: Democracy, Diversity, and Development”. Hal ini memberikan gambaran bahwa ada suatu pengakuan dari Uni Eropa bahwa Indonesia setara (equal) dengan Eropa. Hal inilah yang mandasari bentuk kerjasama Indonesia dengan Uni Eropa terutama dalam melakukan kerjasama dalam bidang pendidikan.

Hasil penelitian kolaboratif juga disampaikan oleh Julie Pascoet wakil dari European Network Against Racism (ENAR), yang menyampaikan tema: “The situation of Muslims in the European Union: an overview of ENAR’s work”. Dalam presentasinya Julie Pascoet menyampaikan gambaran umum tentang perkembangan masyarakat Muslim di Uni Eropa dan isu-isu yang terkait dengan Islamophobia, ignorance, discrimination, inequality of treatment dan sebagainya yang mulai menimbulkan keresahan dalam kehidupan msyarakat Muslim di Eropa. Tema lain juga disampaikan oleh Fatimah Husein, Ph. D dan Muhammad Wildan, Ph. D dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang membahas tentang “Social Challenges and Opportunities to Muslim Communities in European Union”. Dalam presentasi tersebut disampaikan kondisi dinamika internal dan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat Muslim di Eropa dalam menjalani kehidupan social dan keagamaannya.

Penyampaian pandangan dan saran disampaikan oleh para rektor guna mengambil kesepakan dalam menentukan program-program kerjasama pendidikan jangka panjang yang bisa dikembangkan di masa depan. Mayoritas forum menyetujui dan siap untuk melakukan kerjasama dengan Uni Eropa dalam mengembangkan kajian dan penelitian yang berkaitan dengan isu-isu pluralism, diversity, serta perkembangan masyarakat Muslim baik di Indonesia maupun di UNI Eropa. Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan antara lain dengan membentuk chair Muslim Indonesia di wilayah Uni Eropa, collaborative research,sabbatical leave, joint research, interfaith scholarships, visiting scholars, cultural exchange program, dan program-program pengembangan kerjasama lainnya dalam bidang pendidikan yang bisa diterapkan dalam waktu jangka panjang.

Diharapkan kerjasama tersebut dapat mempererat kerjasama Indonesia dengan Uni Eropa dalam mempromosikan Democracy, Diversity, dan Development dalam kehidupan masyarakat yang memiliki beragam suku bangsa, budaya, dan agama. (Subdit Penelitian & ffem)

oleh admin-dev | Edisi Tanggal: 22-01-2014 Jam: 14:31:30 | dilihat: 2014 kali