Pembukaan AICIS ke-13




Tidak kurang dari seribu lima ratus intelektual muslim dari berbagai daerah di Indonesia dan dunia hadir di pembukaan Annual International Conference on Islamic Studies atau AICIS ke-13 di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, malam ini. Konferensi internasional tahunan yang membahas seputar kajian keislaman ini diselenggarakan Kementerian Agama RI bekerjasama dengan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram. Mengambil tema “Paradigma Unik Kajian Keislaman Indonesia: Menuju Kebangkitan PeradabanIslam”, acara ini akan digelar sejak 18 hingga 21 November 2013.

Mewakili ketua pelaksana pusat, Dr. Muhammad Zain menjelaskan, sebanyak 138 pembicara dan 1.500peserta dipastikan hadir. Mereka akan membahas isu-isu keislaman kontemporer, antara lain agama dan sains, pendidikan Islam, hukum Islam, ekonomi Islam, politik Islam, sejarah dan peradaban Islam, pemikiran Islam, dan wisata Islam.

Acara akan dibuka Menteri Agama RI Suryadharma Ali. Beberapa tokoh dan narasumber yang akan hadir, antara lain, pakar pendidikan Indonesia A. Malik Fajar, Sejarawan muslim Azyumardi Azra, pakar filsafat Islam Amin Abdullah, Whitney A. Bauman (Florida International University, USA), Maryam AitAhmed (IbnThufayl University, Morocco), Angelika Neuwirth (Freie UniversitatBerlin, Germany), Kevin W. Fogg, Ph.D, (Universityof Oxford, England), Loretta Pyles, Ph.D (Professor Social Walfare, University at Albany, New York), Elmir Colen, Ph.D.(Director of Islamic Finnance, Melbourne University, Australia), Maria Toufiq (Marocco), dan Gubernur Nusa Tenggara Barat Zainul Majdi.

DirekturPendidikan Islam, Prof. Dr. Dede Rosyada, M. Ed. yang bertindak sebagai penanggung jawab acara mengatakan, AICIS adalah konferensi internasional tahunan untuk peminat studi Islam di Indonesia. Forum ini dimaksudkan sebagai media komunikasi dan forum untuk menginformasikan hasil penelitian terbaru dari mereka. Dengan forum ini masyarakat akademik khususnya dari perguruan tinggi agama Islam atau PTAI diharapkan akan berperan lebih besar dalam menjawab persoalan manusia modern, selain juga untuk mengenalkan tawaran ilmu-ilmu Islam kepada masyarakat.

Konferensi ini akan dibagi menjadi delapan sesi. Selain melibatkan media cetak dan elektronik, baiknasional maupun local, acara ini juga bisa diikuti melalui laporan dan jurnalyang dimuat dalam tabloid yang diterbitkan secara khusus oleh panitia. Selamat berkonferensi.

Pesona AICIS Menduia

Annual International Conference on Islamic Studies atau AICIS telah menjelma menjadi forum diskusi kajian keislaman internasional yang popular dansemakin diminati. Dari tahun ke tahun peminat konferensi kajian keislaman kelas dunia yang diselenggarakan Kementerian agama RI ini menyedot minat kalanganakademisi dan pemerhati kajian Islam dunia. Mereka yang mengirimkan paper untuk mengikuti seleksi panitiaterus meningkat.

Menurut catatanpanitia, hingga batas waktu pengiriman makalah yang ditentukan (4 Oktober2013), ada lebih 900 makalah telah diterima panitia melalui e-mail. Dari900 paper tersebut sebanyak 510 makalah utuh yang masuk dalam penilaian. Kemudian diambil 128 paper melalui seleksi ketat oleh tim penilai paper. Mereka kemudian diundang untuk presentasi pada acara AICIS ke-13 tahun ini.

Jumlah peminatkonferensi tahun ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun-tahunsebelumnya. Pada tahuan 2012 ada 527 paperyang masuk e-mail panitia. Pada tahun tahun 2011 ada 377 paper yang mendaftar.

Kegiatan penyelenggaraanAICIS pada tiap tahunnya sekaligus menjadi salah satu bukti bahwa KementerianAgama RI memberi perhatian lebih kepada dunia pendidikan Islam. Forum ini bisamenjadi media untuk memantau perkembangan hasil studi, riset, dan pemikirankeislaman yang berkembang di Indonesia dari tahun ke tahun. Selain itu, AICISjuga bisa digunakan untuk mendorong pengembangan dan peningkatan mutu akademik, khususnya di lingkungan perguruan tinggi agama Islam, melalui perbincangan akademis dan pertukaran publikasi hasil penelitian dan pemikiran ilmiah.

Ke depan, agenda studi, riset, pemikiran dan gerakan keislaman di Indonesia ada baiknyadirencanakan sejak semula. Maka, bukan tidak mungkin, disain kajian danpemikiran keislaman di Indonesia lahir dari pertemuan AICIS. Dengan demikian,kajian keislaman di Indonesia dalam prosesnya bisa lebih konstruktif.

Masalahnya kembali para pemilik kajian keislaman di Indonesia. Apakah AICIS akan menjadi agenda rutin tahunan, atau akan mengundang perhatian para pemikir dunia untuk belajar Islam Indonesia. Bila ingin Islam Indonesia berkontribusi kepada peradabandunia, sekarang saatnya mulai mempromosikan Islam Indonesia secara sungguh-sungguh ke dunia internasional. Indonesia harus menjadi “kiblat ”peradaban dunia.
( Sumber: http://aicis.iainmataram.ac.id/berita-pembukaan-aicis-ke13.html)

oleh admin-dev | Edisi Tanggal: 19-11-2013 Jam: 11:22:30 | dilihat: 1199 kali