Dosen UNWAHAS dan UNISNU Jepara Prodi Pendidikan Agama Bekali Penguatan Moderasi Beragama di Sekolah Indonesia Riyadh (SIR), Arab Saudi

Kolaborasi dosen Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang dan Universitas Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara Prodi Pendidikan Agama baru-baru ini, telah melaksanakan program Pengabdian kepada Masyarakat melalui penguatan moderasi beragama bagi warga sekolah di Sekolah Indonesia Riyadh (SIR) terhitung mulai tanggal 4-12 November 2023. Dosen tersebut adalah Ma’as Shobirin (Unwahas) Semarang dan Fathur Rohman (UNISNU) Jepara.
Program ini tidak lain dilakukan untuk mendukung program prioritas Kementerian Agama RI dalam ranah moderasi beragama sekaligus mempromosikannya di level internasional.
Kepala Sekolah Indonesia Riyadh, Mustajib, merasa berterima kasih dan memberikan apresiasi kepada tim pengabdian dari Unwahas dan UNISNU Jepara yang telah memilih lokasi pengabdian di SIR guna memberikan khasanah dan wawasan baru mengenai moderasi beragama di sekolah.
“Kami sangat senang dan memberikan apresiasi kepada Unwahas dan UNISNU Jepara yang sudah berkenan memberikan dampingan di sekolah kami. Sungguh ini menjadi kehormatan tersendiri,” ujar Mustajib.
Program pengabdian kepada masyarakat ini berupa penguatan Islam Wasatiyah dan Nasionalisme kepada guru SIR. Kegiatan PKM diawali dengan mewawancarai kepala sekolah dan wakil kepsek, dilanjutkan dengan observasi terhadap guru dan siswa, sosialisasi moderasi beragama kepada guru, desain rencana pojok moderasi beragama bersama siswa dan diakhiri dengan focus group discussion (FGD) bersama para guru sasaran khusus.
Beberapa guru terlibat langsung dalam perencanaan program di antaranya Guru sasaran khusus adalah guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Seni. Dalam menjalankan program, guru-guru tersebut akan berkolaborasi dengan siswa-siswa SIR yang sudah dilakukan pemetaan kompetensi sebelumnya.
“Program ini dijalankan dengan pelibatan guru dan siswa. Beberapa guru pendamping dilibatkan untuk memberikan dampingan khusus kepada siswa-siswi yang memiliki kemampuan tertentu guna menyemarakkan program penguatan moderasi beragama di sekolah”, jelas Ma’as Shobirin.
Saat membuka kegiatan “Penguatan Moderasi Beragama bagi Warga Sekolah Indonesia Riyadh’” Mustajib selaku kepala SIR, menandaskan urgensi dan arti penting kehadiran moderasi beragama dalam konteks pembinaan terhadap para siswa.
Diuraikan Mustajib, jika moderasi beragama dimaknai sebatas bertoleransi, sepertinya saat ini moderasi beragama belum begitu mendesak bagi siswa dikarenakan mereka kini tinggal di lingkungan komunitas yang beragama sama, yaitu Islam. “Tidak ada perbedaan,” tegasnya.
Namun demikian, lanjut Mustajib, urgensi itu terasa krusial dan sangat mendesak jika di suatu kesempatan nanti para siswa atau alumni SIR balik ke Indonesia. Mereka akan menemukan nuansa perbedaan yang nyata dalam masyarakat. Ada perbedaan agama, budaya, bahasa, suku, asal dan lain sebagainya.
Lebih lanjut Ma’as Shobirin, pengajar Unwahas itu, memaparkan bahwa moderasi beragama ala Indonesia yang bercirikan komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan akomodatif terhadap budaya lokal harus diadaptasikan dan dipromosikan ke warga sekolah dan masyarakat luas. Pengembangan tersebut diranncang melalui pembentukan pojok moderasi di sekolah
“Lembaga pendidikan menjadi gerbang utama dalam upaya penguatan moderasi beragama dan guru menjadi pelaku utama dalam penanaman sikap moderasi beragama, Setidaknya program pojok moderasi bisa dilakukan guna memberikan warna baru di sekolah” tegasnya.
Mustajib juga menjelaskan bahwa pasca program ini terdapat pendampingan melalui daring oleh tim pengabdian. SIR mendapatkan kepercayaan sebagai role model dalam penerapan program pojok moderasi khususnya di Arab Saudi. Besar harapannya program ini bisa memberikan dampak bagi sekolah Indonesia luar negeri lainnya.
“SIR akan mendapatkan dampingan pasca kegiatan ini melalui daring. Segenap keluarga besar SIR akan komitmen untuk menjalankan program pojok moderasi dan bisa memberikan dampak baggi sekolah lainnya”, ungkap Mustajib.
Anggota tim, Fathur Rohman, menyatakan senang sudah disambut hangat serta berkesempatan melakukan diskusi dan berbagi pengalaman di SIR.
“Senang berkesempatan hadir dan disambut baik di sini untuk sekedar berdiskusi mengenai hal-hal strategis untuk masa mendatang.” ungkap dosen Unisnu Jepara tersebut.
Dengan adanya pendampingan ini, diharapkan akan terjadi atmosfir dalam menguatkan cara pandang dan bersikap seluruh warga sekolah untuk lebih inklusif, toleran dan lebih semangat dalam menggali kearifan dari bangsa sendiri. [Khabib Muzari]