UBUNTU! IMAGINING HUMANIST EDUCATION GLOBALLY! The Policy Analysis on National Curriculum Reform




Oleh: Fauzanah Fauzan El Muhammady, S. Sos, M. Si, MS

“Ubuntu! Imagining Humanist Education Globally” yang berlangsung pada 8-13 Maret 2013 merupakan konfrensi tahunan terbesar di bidang pendidikan dalam pengembangan gagasan dan sistem serta praktek studi-studi internasional yang berkaitan dengan comparative studies dari berbagai konteks kajian dan keilmuan.

The 59th Annual Comparative and International Education Society (CIES) ini, diselenggarakan oleh Cornell University yang dihadiri lebih dari 2600 peserta dari lebih 100 negara di dunia yang terdiri dari para pakar, akademisi, dan pemerhati pendidikan dari berbagai institusi pendidikan.

Tema “Ubuntu! Imagining a Humanist Education Globally” mengadopsi istilah Afrika Selatan yang berarti “kemanusiaan kepada semua”, dimana sebuah refleksi terhadap upaya institusi pendidikan di seluruh dunia menjadi lembaga yang lebih mengutamakan penerapan nilai-nilai moral dan kemanusian (person-centered education) baik dalam konteks sistem, manajemen, dan kurikulum maupun pada penyusunan kebijakan. Nilai-nilai tersebut juga diharapkan menjadi landasan utama para pakar dan akademisi, pengambil kebijakan, dan pemerhati pendidikan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan pada semua level secara berkesinambungan.

Kegiatan yang berlangsung di Washington bertempat di Hotel Hilton dipenuhi dengan berbagai jenis kegiatan keilmuan dan pendidikan antara lain Group Panel Session terdiri dari 335 tema, Paper Session terdiri dari 233 tema, Poster Session terdiri dari 20 tema, Workshop Session yang terdiri dari 34 tema dan beberapa kegiatan lainnya antara lain pameran pendidikan, roundtable session, dan group meetings. Kegiatan presentasi umum oleh keynote speakers diisi oleh para pakar dari berbagai bidang kajian dari berbagai institusi seperti Cornell University, the World Forum for Alternatives (WFA), Stellenbosch University (South Africa), University of Wisconsin-Madison, Harvard Kennedy School, University of Toronto dan institusi-institusi pendidikan ternama lainnya. Area penelitian yang dipresentasi pada konferensi ini adalah sebanyak 55 wilayah kajian keilmuan yang mempresentasikan sebanyak 3245 topik.

Kementerian Agama RI juga turut serta hadir dalam konferensi ini pada tema kajian “Exploring the Intersection of Humanism and Comparative Education”. Presentasi yang diwakili oleh Fauzanah Fauzan El Muhammady, M. Si, MS mengangkat judul “The Policy Analysis on the New National Curriculum: The Implementation of “Curriculum 2013” Towards Humanistic Education in Indonesia’s Compulsory Schooling”.

Studi ini merupakan policy analysis on curriculum reform, yang mengkaji kebijakan pemerintah Indonesia yakni Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam melaksanakan kurikulum baru pada tingkat pendidikan dasar dari konteks humanistic education.

Analisa kebijakan ini merupakan tindak lanjut dari program kerjasama antara Kemenag RI, Kemendikbud dan USAID Prioritas yang telah berkerjasama melaksanakan berbagai seminar, pelatihan, dan workshop yang terkait dengan peningkatan kualitas pendidikan dasar di Indonesia.

Program USAID Prioritas yang melibatkan para akademisi dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta, para tenaga kependidikan dari Kemendikbud dan Kemenag, serta dari perguruan tinggi Islam ini telah melaksanakan beberapa pertemuan yang fokus pada upaya peningkatan kualitas para guru dan para dosen yg mengajar calon guru dalam mengelola dan menerapkan kurikulum yg lebih efektif, khususnya untuk level pendidikan dasar.

Saat ini, pemerintah Indonesia telah membuat perubahan yang signifikan terhadap perkembangan kurikulum nasional dalam meningkatkan kualitas indikator output (lulusan sekolah dan nilai akhir siswa) di tingkat sekolah dasar dan menengah. Untuk mewujudkan hal tersebut. Kemendikbud juga telah merancang kurikulum baru yang disebut dengan "Kurikulum 2013" (K13) yang lebih menitikberatkan pada pendidikan humanistik dalam rangka meningkatkan dan memperkuat kapasitas manusia Indonesia untuk lebih berpendidikan dan humanis dalam menuju generasi 2025. Dimana, bertujuan untuk mengeksplorasi kebijakan pemerintah tersebut secara lebih mendalam apakah desain kurikulum tersebut tidak hanya efektif untuk meningkatkan kinerja guru dan siswa dalam proses mengajar dan belajar, tetapi juga efektif untuk meningkatkan kualitas indikator output; kualitas lulusan sekolah dan nilai akhir siswa.

Sebagaimana yang telah dicanangkan oleh pemerintah bahwa tujuan utama dari K13 ini adalah dalam rangka meningkatkan kualitas lulusan sekolah dengan mengintegrasikan prinsip nilai-nilai kemanusiaan dengan mempertimbangkan perasaan dan pengetahuan ke dalam inti penelitian dan pengetahuan umum. Sehingga sekolah dapat menghasilkan kualitas lulusan yang baik, lebih berpendidikan, dan memiliki nilai-nilai moral yang humanis. Selain itu, isi kurikulum tidak hanya lebih menekankan pada pengembangan kognitif tetapi juga pada pengembangan kapasitas, sikap, dan keterampilan siswa agar mereka mampu memotivasi diri sesuai dengan minat, bakat, dan keingintahuan mereka dalam mempelajari sesuatu.

Melalui implementasi K13 ini siswa diharapkan dapat mampu mengeksplorasi diri untuk meningkatkan kompetensi mereka untuk menjadi lebih produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Kompetensi harus terus ditingkatkan seiiring dengan pengembangan sikap yang baik, keterampilan, dan pengetahuan sehingga siswa dapat memiliki karakter yang kuat dan menerapkan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sosial mereka di masa depan. Adapun beberapa prinsip-prinsip humanistik yang dapat dikembangkan dalam sistem pendidikan dasar antara lain; 1) Guru memiliki peran sebagai mentor untuk mendorong siswa menjadi lebih mandiri dan mampu mengenal realisasi diri, 2) Guru mampu membangun komunikasi yang efektif dan interaksi antara guru dan murid, 3) Guru mampu mengembangkan aktualisasi diri siswa, 4) Guru mampu menerapkan sistem pembelajaran teknis yan modorong siswa untuk mampu berinteraksi dengan alam dan lingkungan, 5) Guru mampu menerapkan sistem pembelajaran praktis yang mendorong siswa agar mampu melakukan interaksi sosial, dan 6) Guru mampu mendorong pola pembelajaran emansipatoris dimana siswa memiliki rasa kesadaran terhadap masyarakat, budaya, dan perubahan sosial di sekitarnya.

Namun, dengan melihat kondisi yang tengah terjadi pada saat ini, implementasi kurikulum 2013 telah menjadi perdebatan dan polemik bagi berbagai kalangan. Hal ini disebabkan berbagai kendala yang muncul pada tahap awal pelaksanaan kurikulum antara lain 1) ketidaksiapan kompetensi dan kualifikasi guru dalam mengadopsi dan menerapkan pola baru kurikulum dan metodologi pengajaran, 2) ketidaksiapan para siswa dalam mengadopsi pola baru khususnya dalam memahami materi pembelajaran, instruksi tugas-tugas, dan pekerjaan rumah, dan 3) kurangnya ketersediaan fasilitas yang memadai untuk mendukung proses belajar mengajar. Maka sebagai dampaknya, menurut data Kemendikbud bahwa pemerintah telah mengurangi target implementasi K13 dari 30% menjadi 2% dari jumlah total 6.326 sekolah. Dampak lainnya adalah terhadap para orang tua siswa dimana mereka harus memberikan perhatian lebih dan biaya ekstra dalam membimbing anak-anak mereka dalam beradaptasi dengan pola kurikulum baru khususnya dalam hal memahami tugas-tugas sekolah atau pekerjaan rumah, serta persiapan untuk menghadapi ujian.

Meskipun pemerintah telah berupaya melaksanakan beberapa program persiapan untuk implementasi K13, antara lain menyediakan konsep Kurikulum 2013, buku-buku teks, pelatihan guru, mentoring, dan monitoring dan evaluasi, namun penyelenggaraan Kurikulum 2013 telah melalui prosedur dan mekanisme yang cukup rumit, melakukan upaya yang cukup berat, dan mengeluarkan biaya yang cukup besar. Hal ini bukan saja berdampak pada tingkat kesiapan pihak sekolah namun juga berdampak pada tingkat kesiapan orang tua siswa khususnya bagi keluarga kalangan menengah ke bawah.

Sebagai tindak lanjut untuk mengatasi kondisi ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anis Baswedan, pada tanggal 5 Desember 2014, mengeluarkan surat pemberitahuan Nomor 179342/MPK/KR/2014 terkait penyelenggaraan K13, yang menegaskan pada 3 hal, yakni:

1. Menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 pada sekolah-sekolah yang baru menerapkan satu semester dan melanjutkan kembali ke Kurikulum 2006 mulai semester genap nanti.

2. Melanjutkan pemakaian Kurikulum 2013 bagi sekolah-sekolah yang telah menerapkan tiga semester dan akan dijadikan sekolah percontohan selama masa evaluasi Kurikulum 2013.

3. Meninjau kembali dan melakukan penataan tugas dan peran pusat pengelolaan kurikulum karena penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan oleh Tim Ad Hoc.

Keputusan tersebut di atas dilandasi oleh ketidaksiapan sekolah-sekolah untuk menerapkan Kurikulum 2013, dimana ditemukan beberapa yang terkait dengan kesiapan buku, sistem penilaian, penataran guru, pendamping guru dan pelatihan kepala sekolah yang belum merata diberbagai sekolah (sumber: www.liputan6.com dan www.metrotvnews.com). Namun di sisi lain keputusan ini juga sangat berdampak pada stabilitas lingkungan akademik di beberapa sekolah yang berpengaruh pada aktifitas belajar mengajar.

Beberapa masukan yang dihimpun dari berbagai kalangan akademisi pada presentasi ini dalam menindaklanjuti implementasi kurikulum 2013 antara lain:

• Perlu memberikan masukan terhadap pemerintah, khususnya bagi pengambil kebijakan untuk mempertimbangkan kembali nilai efektifitas implementasi Kurikulum 2013 (K13).

• Perlu adanya upaya koordinasi antara pemerintah dan pihak-pihak terkait (stakeholders) untuk meninjau kembali langkah-langkah yang telah diambil dalam menerapkan K13 khususnya dalam konteks penyediaan konsep Kurikulum 2013, buku-buku teks, pelatihan guru, mentoring, dan monitoring dan evaluasi.

• Perlu adanya upaya untuk mengevaluasi kembali mengani kesipan para guru, murid, sekolah, dan bahkan orang tua murid untuk menerapkan K13.

• Perlu adanya upaya pemerintah untuk lebih mempertimbangkan unsur dan nilai-nilai yang lebih mengedepankan filososi kemanusiaan dan kesetaraan untuk semua, khususnya dalam bidang pendidikan di semua level. Dalam artian bahwa keinginan pemerintah dalam menerapkan kurikulum yang bersifat humanistik harusnya tidak dilakukan dengan cara-cara yang kurang mempertimbangkan nilai-nilai humanistik itu sendiri.

• Diharapkan prinsip kemanusiaan dan kesetaraan ini menjadi inspirasi bagi para akademisi, pihak pengambil kebijakan, dan pemerintah dalam menerapkan sistem pendidikan yang lebih bersifat humanis dan mengutamakan kesetaraan baik dalam proses pengajaran dan pembelajaran hingga pengambilan kebijakan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

• Diharapkan adanya keberpihakan pemerintah terhadap penyelennggaraan pendidikan yang lebih setara: “providing equal opportunities and equal access to all level education”. Khusunya bagi implementasi K13 diharapkan agar bisa diimplemantasikan secara merata.

Implikasi penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada pemerintah terhadap pertimbangkan pelaksanaan Kurikulum 2013 sebagai kurikulum yang benar-benar efektif dalam meningkatkan kualitas indikator output; lulusan sekolah dan nilai siswa dalam mencapai misi terhadap pendidikan yang lebih bersifat humanistik di masa depan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para peneiliti sebagai bahan studi banding dalam mengeksplorasi masalah utama dan mencari solusi yang efektif untuk pengembangan kurikulum dan implementasinya, khususnya bagi pendidikan wajib di Indonesia.

Sebagai wadah apresiasi bagi bagi "Comparative Studies", CIES menyelenggaraan kegiatan-kegiatan akademik untuk menambah wawasan global dan internasional dalam konteks pendidikan. Salah satu kegiatan menarik antara lain Workshop International Women’s Day merupakan acara utama pada hari pre-conference yang mengusung tema “Empowering Women, Empowering Humanity: Picture it!”: Regenerative Spaces for Girls and Women in Education”.

Workshop ini adalah sebagai refleksi terhadap peran penting perempuan dalam berbagai bidang akademik khususnya bidang sain dan tekhnologi. Narasumber utama yang dihadirkan dalam workshop ini adalah Dr. (M.D.) Mae Jemison, sebagai perempuan Afrika pertama yang pernah melakukan perjalan ke luar angkasa yang memiliki latar belakang karir sebagai NASA’s first Science Mission Specialist performing experiments in material science, life science and human adaptation to weightlessness, serta sebagai Founder and President of two medical technology companies, advocate for girls in STEM fields.

Selain itu, pada acara Welcome Reception, kegiatan konfrensi juga diisi dengan materi sejarah perjuangan para tokoh kulit hitam di Afrika dan Amerika sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah dunia.

Hal yang sangat menarik pada acara ini adalah dibacakannya pidato Martin Luther King, seorang tokoh pejuang kaum kulit hitam di Amerika Serikat yang berjudul “I Have A Dream” sebagaimana yang pernah disampaikan pada 28 Agustus 1963 di Washington DC, Amerika Serikat.

Pembacaan pidato tersebut adalah sebagai refleksi bagi akademisi untuk mengingat kembali perjuangan hak-hak prinsip “kesetaraan dan kemanusiaan” yang kemudian menjadi tema utama dalam penyelenggaraan konferensi ini. Dimana, pidato Martin Luther King dikenal sebagai pidato yang paling inspiratif untuk perubahan sosial politik dunia dan diharapkan menjadi inspirasi bagi generasi penerus dalam mengedepankan unsur kesetaraan dan kemanusiaan untuk semua.

Penyelenggaraan pameran pendidikan juga turut memeriahkan konferensi ini, yang dihadiri oleh perwakilan dari berbagi institusi-institusi pendidikan ternama di dunia, antara lain Michigan State University, USAID, World Bank, dan berbagai penerbit jurnal internasional seperti Comparative Review dan Springer.

Kegiatan lain juga diisi dengan presentasi poster yang menghadirkan berbagai peneliti dari berbagai universitas terkemuka. Salah satunya kajian meta analisis terhadap 3 buah journal (Comparative Education Review, Compare, and International Journal of Educational Development) yang disampaikan oleh mahasiswa University of Maryland. Kajian yang berlangsung selama 3 tahun ini bertujuan untuk memberikan kontribusi terhadap penelitian-penelitian dalam bidang "International and Comparative Education" dan implikasinya terhadap kualitas penelitian dalam bidang kajian "comparative studies".

Lebih dari itu, penelitian ini juga melihat bagaimana pengaruh paradigma konstruktivis dan dasar-dasar teoritis dan filosofis dalam bidang penelitian masih berpengaruh terhadap pola penelitian dalam kajian "International and Comparative Study". Kajian yang fokus pada bidang pengembangan kualitas penelitian ini memberikan kontribusi dalam melakukan evaluasi terhadap hasil-hasil penelitian ilmiah yang telah dipublikasikan diberbagai jurnal ilmiah. Kajian ini juga memberikan pengetahuan dalam melakukan pemetaan terhadap jenis-jenis penilitian, pendekatan, dan metodologi mengenai penelitian-penelitian yang menjadi trend pada masa sekarang ini.

Kajian terhadap kehidupan keagamaan juga telah menjadi bagian menarik dari presentasi poster. Salah seorang Mahasiswa Jepang dari Hiroshima University, Tatsuya Kusakabe, mengkaji tentang “Creating Muslimness and its dissemination process in South Asia”. Penelitian Kusakabe yang dilakukan di India ini mencoba mempelajari bagaimana bentuk kehidupan masyarakat Muslim di India yang memiliki pengaruh positif bagi komunitas Muslim lainnya. Penelitian ini menjadi menarik karena dampak negatif saat ini yang timbul terhadap citra masyarakat Muslim di dunia akibat pengaruh isi-isu kekerasan yang dilakukan oleh ISIS, Boko Haram, dan Al-Qaedah, justru menunjukkan bentuk sisi kehidupan masyarakat Muslim yang seutuhnya, yang lebih mengedepankan unsur-unsur dan nilai nilai positif kegamaan yang menerapkan nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam Al qur’an dan Hadis dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kementerian Agama RI, kegiatan ini merupakan momen penting dalam menjalin komunikasi dan kerjasama dengan para pakar dan akademisi dari berbagai univeritas ternama dari berbagai negara khususnya dalam upaya memberikan kontribusi dalam memberikan masukan dan informasi yang terkait dalam bidang kerjasama dalam upaya mewujudkan Program 5000 Doktor. Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan informasi baru, inspirasi dan motivasi bagi semua kalangan akademisi khususnya para pengambil kebijakan, tenaga pendidik dan kependidikan khususnya di lingkungan Kementerian Agama RI agar dapat terlibat aktif dalam berbagai kegiatan serupa dalam upaya untuk mempromosikan perkembangan kualitas pendidikan Pendidikan Islam di Indonesia baik pada level nasional maupun internasional di masa yang akan datang.

(Penulis adalah JFU Pengembang Kerjasama pada Subdit Kelembagaan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam. Mewakili Kementerian Agama RI sebagai Presenter of Individual Paper Presentation Pada CIES Conference, pada Tanggal 8-13 Maret 2015, di Washington Hilton Hotel, Washington DC, USA)

oleh admin-dev | Edisi Tanggal: 31-03-2015 Jam: 15:47:20 | dilihat: 1920 kali