Dari Pararel Session ICON UCE: <br>Dari Integrasi Hingga Penggunaan Teknologi




Surabaya (Diktis, 4/8) - Pemaparan model-model pemberdayaan masyarakat cukup beragam variasinya. Mulai dari ‘pengabdi’ yang menggunaan pendekatan keagamaan, dan hal ini adalah lumrah dilaksanakan pada perguruan tinggi keagamaan Islam. Namun, menjadi ‘unik’ ketika ‘pengabdi’ menggunakan teknologi canggih yang diintegrasikan dengan isu-isu keislaman. Yang relatif baru adalah ketika program pemberdayaan menggunakan pendekatan-pendekatan integratif antara ilmu sain dan keagamaan. Wahid Mustofa, dosen Matematika pada UIN Sunan Kalijaga, melakukan program pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan matematika untuk menangani persoalan optimalisasi bio gas dari kotoran ternak. Namun, dia tidak bisa melakukannya sendiri. Sebab penggunaan ‘daur ulang’ dari benda najis perlu legalitas dari orang yang faham ilmu ushul fiqh. Maka, anggota timnya direkrut dari dosen pada fakultas syariah.

Lain Wahid, lain Musofa Basyir. Sofa—panggilan akrabnya—adalah dosen pada STAIN Pekalongan yang menginisiasi pembuatan Sistem Informasi Desa (SID). SID adalah modifikasi dari Sistem Informasi Geografi (SIG). Sofa memaparkan bahwa SID ini diinisiasi oleh warga desa dan akan dipergunakan sebagai bahan penyusunan perencanaan pembangunan desa. Setiap warga tahu dan turut berpartisipasi dalam meng-update SID tersebut. Program ini dipersiapkan untuk menghadapi program 1 milyar untuk 1 desa, sehingga dana bantuan tersebut tidak salah sasaran. Memang sempat menjadi diskusi menarik karena SID tidak bersentuhan dengan isu keislaman. Namun, hal itu bisa dijawab dengan pendekatan istilah keagamaan yakni maqashid syariah.

Penggunaan teknologi dalam pelaksanaan program juga dilakukan oleh tim yang merupakan kolaborasi dari UIN Alauddin dan Universitas Hasanuddin Makassar, Ilham bersama Serliah. Untuk pelaksanaan pemberdayaan, Ilham menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) sebagai alat identifikasi awal atas asset desa sasaran. Data dari SIG tersebut kemudian dipakai untuk pelaksanaan pemberdayaan baik oleh mahasiswa maupun dosen, dengan mengoptimalkan aset yang ada.

Selain presentasi tersebut di atas ada juga yang mempresentasikan program pemberdayaan dengan basis kritik. Sulaiman Mappiase, Dosen IAIN Manado, mempresentasikan tentang kritik paradigmatik terhadap integrasi keilmuan. “Seharusnya integrasi para pencari ilmu dulu, baru akan terjadi integrasi keilmuan,” jelasnya dengan penuh semangat. Bahkan menurutnya, kesalahan pada umumnya, “masyarakat perguruan tinggi lebih mementingkan paradigmanya dulu daripada interaksi antar manusia,” kritiknya menjelaskan. Masih menurutnya bahwa paradigma akan ada jika telah terjadi secara intens interaksi antar manusia.

ICON UCE ini mengundang presenter di luar Universitas mitra SILE Project sebanyak 64 orang. Dan berbagai macam dan corak presentasi tersebut akan dibuktikan dengan kunjungan ke lapangan langsung hari ini. [nice]

oleh admin-dev | Edisi Tanggal: 05-08-2016 Jam: 10:14:35 | dilihat: 1079 kali