Diktis dan IAIN Padang Jalin Kerja Sama dengan Deakin University




[Padang, 01/03] - IAIN Imam Bonjol Padang menghelat acara peresmian kerja sama dengan Deakin University Australia. Bertempat di halaman gedung Pre-Departure Center, peresmian dihadiri oleh para pimpinan IAIN, mulai dari tingkat rektorat hingga fakultas. Hadir pula beberapa undangan dari Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera Barat, Kopertais dan sejumlah pimpinan PTKIS. Sementara itu, dari pihak Deakin University dihadiri oleh Prof. Ismet Fanany bersama istrinya, Dr. Rebecca Fanany. Sedangkan dari Direktorat Pendidikan Tinggi Islam dihadiri oleh Mizan Sya;roni, M.A., Kasi Penjaminan Mutu Kelembagaan, yang bertindak mewakili Direktur Diktis.

Kerja sama IAIN Imam Bonjol – Deakin University didisain dalam bentuk kursus bahasa Inggris bagi para dosen yang berminat melanjutkan studi S3 ke Deakin University melalui Program 5000 Doktor. Memorandum of Understanding (MOU) kerja sama itu sendiri telah ditandatangani di Jakarta pada 9 Desember 2015.

Wakil Rektor I Dr. Ikhwan dalam sambutannya mengatakan bahwa kerja sama dengan Deakin University ini merupakan upaya simultan yang dilakukan oleh IAIN Imam Bonjol dalam rangka transformasi menuju UIN. “Di satu sisi kita berupaya memperkuat pengembangan di bidang akademik dan SDM, di sisi lain kita akan membangun kampus modern melalui dana pinjaman dari IDB (Islamic Development Bank) yang proposalnya saat ini sudah masuk di Bappenas,” ujarnya bersemangat.

Sejalan dengan semangat Warek I, Prof. Ismet Fanany dari pihak Deakin University menyampaikan bahwa dirinya merasa terpanggil untuk berkontribusi memajukan Indonesia, terutama Ranah Minang tempat dia dilahirkan. Pria kelahiran Kotapanjang yang sudah lama bermukim di Australia ini lebih lanjut menjelaskan panjang lebar tentang disain kurikulum program. “Selama sepuluh minggu, para peserta kursus tidak hanya akan diberi materi bahasa, tetapi juga akan mendapatkan bimbingan untuk menulis proposal dan bantuan mencari supervisor di Deakin University sesuai dengan minat study para peserta.”

Sementara itu, ketika menyampaikan sambutannya mewakili Direktur Diktis, Mizan Sya’roni menandaskan pentingnya penguatan kerja sama. Menurutnya, persaingan global perguruan tinggi telah melahirkan trend baru munculnya kerja sama perguruan tinggi baik secara nasional, regional maupun internasional. “Di negara-negara maju, trend ini sebenarnya sudah berlangsung cukup lama. Di Amerika, misalnya, kita mengenal ada Ivy League yang beranggotakan delapan universitas terkemuka, antara lain Harvard University, Cornell University, Pennsylvania University dan Columbia University. Di Australia ada Group of Eight, lalu di Inggris ada the Association of Commonwealth Universities," ujar Mizan memberi contoh. Bebarapa negara berkembang juga telah mengikuti trend ini. Mizan mencontohkan misalnya di China ada C-9 League. Salah satu anggotanya adalah Sanghai Jiao Tong University yang melahirkan ARWU (Academic Ranking of World University).

“Jadi sudah cukup bukti bahwa perguruan tinggi akan bisa berkembang pesat dengan cara melakukan sebanyak mungkin kerja sama dengan perguruan tinggi atau lembaga lainnya.”

Di akhir sambutannya, Mizan mengusulkan agar program kursus bahasa Inggris ini tidak hanya diberikan kepada dosen yang ingin melanjukan studi ke luar negeri, tapi juga diperuntukkan bagi mahaiswa-mahasiswa S1 yang berprestasi. “Ini penting, khususnya untuk menyiapkan calon peserta Student Mobility Program,” kata Mizan. Seperti diketahui, program yang disebutkan terakhir ini merupakan salah satu feeder Program 5000 Doktor. Student Mobility Program dirancang khusus untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa S1 agar memperoleh pengalaman akademik di luar negeri, sehingga diharapkan akan menumbuhkan minat dan motivasi mereka untuk melanjutkan studi ke manca negara.

“Jika ingin inverstasi SDM yang berkualitas dan berdaya saing tinggi, menurut hemat saya harus dipersiapkan sejak mahasiswa S1,” pungkasnya. [Mizan]

oleh admin-dev | Edisi Tanggal: 02-03-2016 Jam: 14:15:36 | dilihat: 1129 kali