Diktis Dorong Peningkatan Kualitas PTKI Menuju Rangking Top Dunia




Diktis (Bogor), Narasumber dalam kegiatan Workshop on Academic Reputation Management tanggal 15 s/d 17 September 2016 di Bogor, adalah Prof .Dr. Raihani, Ph,D. Ia mengutarakan dalam pengembangan Perguruan Tinggi di Luar Negeri bahwa riset sangatlah diperhatikan untuk kemajuan perguruan tinggi. Bahkan, riset sangat dihargai oleh pemerintah Australia, yang diwujudkan dengan pemberian reward atas riset yang dihasilkan. Oleh karena dengan adanya riset yang dilakukan terus menerus, maka kualitas perguruan tinggi di University Western Australia sangat maju. Menurut Raihani, saat ini di Indonesia riset masih kurang di apresiasi dan kurang diperhatikan. Begitu juga dalam hal pengelolaan akademik di Australia, yang dikelola secara terpisah yaitu dengan adanya GRS dan Faculty di University Western Australia.

Adapun beberapa narasumber lain yang juga menyemangati untuk kemajuan PTKIN di Indonesia untuk menjadi rangking top dunia adalah Prof. Dr. Jamhari, Ph.D. Jamhari menuturkan bahwa perkembangan PTKIN harus dilakukan dengan adanya perubahan citra dan kualitas akademik yang dinamis. "Perkembangan itu harus sesuai dengan perubahan zaman. Sementara perubahan sistem tidak bisa dihentikan. Karena itu perubahan harus dilakukan", ungkap Jamhari.

"Perubahan yang ada saat ini dan masa yang akan datang bukan kesalahan kita, akan tetapi dikarenakan sistem yang kita jalani sekarang saat ini sudah mulai usang, dibandingkan dengan sistem perguruan tinggi di Luar Negeri yang sudah lebih maju", tambah Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah itu.

Jamhari mencontohkan keberanian dalam perbaikan sistem yang diakukan Melbourne University dengan menutup program S1nya, yang saat itu sedang maju di Australia, dan dalam perubahan tersebut terdapat pertentangan dari pihak lain. Namun dengan semangat dan perjuangan yang tiada henti maka saat ini sudah menjadi Perguruan Tinggi role model di Australia.

Narasumber lain yang turut memberikan materi adalah Prof. Yudian Wahyudi, Ph.D, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yudian menuturkan bahwa studi Islam mulai mengalami kemunduran sejak revolusi industri. Sementara dunia barat juga mengalami revolusi industri, disaat itu juga dunia barat sudah mulai meninggalkan studi agama, dan mulai melakukan hal-hal seperti ilmiah dan riset yang terus dilakukan. Selain itu tidak kalah penting experimental science mulai dikembangkan. Yang terjadi di Indonesia adalah di madrasah yang dalam kurikulumnya mulai meninggalkan experimental science, yang seharusnya menjadi pondasi kuat untuk maju.

Dalam pengarahan sekaligus menutup kegiatan ini , Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam Prof. Dr. Ishom Yusqi, MA menekankan bahwa kampus harus terus berkarya, dan dalam pengembangan PTKIN haruslah dilakukan terus menerus. Ishom meminta Direktur Pascasarjana dan Wakil Rektor bidang akademik untuk menjadi ujung tombak peningkatan kualitas akademik. Menurut Ishom, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di Indonesia diharapkan menjadi destinasi dan refrensi bagi dunia internasional. (Ars)

oleh admin-dev | Edisi Tanggal: 16-09-2016 Jam: 23:25:59 | dilihat: 969 kali