Kuliah Filologi Prof. Petra Sijpestin, Leiden: <br> Sepotong Kertas Memberikan Sejuta Informasi




Leiden (Diktis, 1/12) – Akhir bulan November 2015, peserta Short Course di Universitas Leiden disuguh perkuliahan dengan Prof. Petra Sijpestain, ahli sejarah Timur Tengah yang menyampaikan tentang penelitian sejarah berbasis material kertas berbahan papyrus yang ditemukannya. Papyrus adalah tanaman yang dipergunakan sebagai bahan dasar media tulisan yang kemudian dikenal dengan sebutan kertas (qirthash). Cara pembuatan kertas yang sederhana adalah batang papyrus dikeringkan kemudian dianyam dan membentuk lembaran dengan kerapatan yang cukup dan siap dijadikan media untuk tulisan.

Sijpestain menemukan ribuan potongan kertas yang telah bertuliskan arab dan berbahan papyrus. Berdasarkan jenis bahan yang dipergunakan, kertas tersebut diprediksi dibuat pada sekitar tahun 800-an M. “Ada 80000 potongan kertas, dan yang bisa diedit hanya 2000,” ungkap orang nomor satu di LUCIS mengawali sessinya. Yah, pekerjaan yang tidak begitu menarik untuk generasi pragmatis. “Kami hanya mempunyai lima orang untuk mengamati satu persatu potongan kertas itu,” keluhnya namun tetap menunjukkan semangat meneliti.

Pemberian perkuliahan ini adalah bagian dari rangkaian pengayaan peserta untuk melakukan riset yang kreatif, setelah berhari-hari peserta Short Course “dicekoki” dengan academic writing. Sebagai seorang ahli sejarah, Sijpestain membeberkan analisa atas bahan material tersebut setelah mengungkapkan tahun perkiraan penggunaan kertas berbahan papyrus sekaligus menginformasikan permulaan budaya penggunaan kertas. Dari kertas itu pula, Sijpestain menyampaikan bahwa ada rentang panjang tradisi menulis di atas bahan kertas sejak Rasulullah Saw wafat. “Muhammad meninggal pada menjelang akhir abad ke tujuh, dan bukti material penggunaan kertas ditemukan pada abad kesembilan,” ujar Sijpestain mengawali kuliahnya.

Sobekan kertas yang disampaikan sebagai sampel presentasinya memang tidak memberikan makna apa-apa bagi orang biasa, karena tidak ada informasi tanggal, nama penulis, penjelasan kepentingan dan lain sebagainya. Namun, bagi seorang ahli sejarah yang mempunyai sensitifasi meneliti, sobekan kertas tersebut memberikan sejuta informasi. Profesor sejarah Arab perempuan dari Universitas Leiden ini menyampaikan analisanya bahwa surat tersebut berisi tentang permohonan seorang (anonym) kepada Abdul Aziz, yang diduga sebagai pemimpin kekhalifahan saat itu di Damaskus. “Sulit menentukan bahwa Abdul Aziz tersebut adalah khalifah Damaskus,”ungkapnya. Namun, di dalam surat tersebut ada beberapa kata kunci yang bisa menginfomasikan beragam makna. “Ada kata Abdul Aziz, haji, caravan, dan pembayaran,” jelasnya lebih lanjut. Yang kemudian professor yang mempunyai nama lengkap Petra Sijpestain tersebut menyimpulkan bahwa surat tersebut menginformasikan jalur perjalanan ibadah haji dari Mesir dan Damaskus yang sering saling menunggu dan bertemu di satu titik tertentu, lalu bersama-sama menuju ke tanah haram untuk menunaikan ibadah haji, dan seterusnya.

Informasi lain yang bisa digali dari potongan kertas ini antara lain; dari gaya tulis arabnya bisa menginformasikan, tren menulis terjadi pada tahun berapa. Dilihat dari jenis surat orang awam kepada khalifah bisa menginformasikan relasi kuasa semasa zaman kekhalifahan, dan lain sebagainya. Makin sering melakukan penelitian, akan cepat pula tumbuhnya sensitifasi penelitian. Selamat meneliti peserta Short Course!! **aem**

oleh admin-dev | Edisi Tanggal: 03-12-2015 Jam: 23:52:26 | dilihat: 1290 kali