Laporan Kunjungan dari Michigan (1): <BR>Menjadikan Lulusan Lembaga Pendidikan Lebih Mandiri




Michigan (Diktis, 2/3) - Tulisan ini menguraikan pengalaman selama masa kunjungan di Michigan State University (MSU). Ada hal-hal yang harus diinformasikan kepada penyelenggara pendidikan, terutama pendidikan tinggi agar bisa meluluskan orang-orang yang mempunyai kemandirian dalam berpikir, bertindak dan bisa adaptif terhadap perubahan.

MSU adalah perguruan tinggi yang dinilai sebagai perguruan tinggi “terbaik” di bidang penyiapan tenaga guru. Hal itu dinyatakan dengan tegas oleh Adriana Supandy, Konsul Jenderal RI di Chicago. Bahkan sekolah milik pemerintah di Chicago secara khusus mengoptimalkan penggunaan “produk” MSU tersebut. Ungkapan “kehebatan” tersebut, penulis gali lebih dalam dan mencoba menginformasikan kepada masyarakat luas di Nusantara.

Liberal Art Education; Praktik Lama Yang Ditinggalkan

Dalam diskusi dengan Robert E. Floden, Profesor pendidikan yang kompeten dalam liberal art education, banyak informasi yang—sebenarnya—menyentak kesadaran—khususnya—penulis, karena proses pendidikan liberal art—dalam persepsi penulis—yang banyak ditinggalkan. Apa yang dimaksud dengan liberal arti education tersebut. Floden mengatakan bahwa liberal art education adalah komponen pendidikan yang membekali peserta didik tentang pengetahuan-pengetahuan filosofis dan keilmuan umum.

Liberal art education ini dalam praktik di PT di Indonesia mirip dengan muatan kompetensi dasar atau MKDU atau general education, meski tidak sepenuhnya sama. Hanya saja dalam implementasinya, MKDU belum mencerminkan praktik liberal art education ini.

Menurutnya, pemberian muatan tersebut dapat membekali kompetensi peserta didik dalam hal kreatifitas berpikir, kemampuan komunikasi dengan baik, kemampuan menyelesaikan permasalahannya, kemampuan adaptasi menghadapi perubahan zaman, dan lain sebagainya. Kemampuan tersebut yang dalam bahasa pendidikan disebut soft skill.

Dalam bahasa teknis, yang masuk dalam katagori liberal art adalah kelompok mata kuliah keilmuan/akademik seperti mengarang, filosofis dan bersifat umum, bukan teknis ataupun keterampilan. Maka dari itu, komponen mata kuliah seperti logika, ilmu bahasa, retorika adalah hal mendasar yang harus dikuasai oleh setiap mahasiswa. Bandingkan dengan beberapa mata kuliah tersebut di perguruan tinggi di Indonesia. Sebagian telah dipersiapkan untuk dihilangkan.

Sebenarnya, liberal art education di Indonesia bukan barang baru. Namun, “tekanan pasar” menyebabkan model-model pendidikan yang mengimplementasikan liberal art education nyaris tidak mendapatkan perhatian serius. Madrasah yang bersusah payah mengejar perkembangan sains dan teknologi, pesantren yang ingin seperti lembaga pendidikan teknis, dan juga perguruan tinggi agama. Lembaga pendidikan keagamaan yang sejak lama mempraktikkannya juga ikut “tergoda” dan secara perlahan namun pasti telah menggeser paradigm pendidikannya, menuju lembaga penyiap tenaga teknis. Alasannya sederhana, agar lembaga mendapatkan peserta didik yang memadai. (To be continued…) ***n15**

oleh admin-dev | Edisi Tanggal: 04-03-2016 Jam: 20:56:33 | dilihat: 791 kali