Pesantren Rakyat, Produk Inspiratif Model Pengabdian Dosen PTKIN




Malang (Diktis) --- Pesantren Rakyat tidak bisa dipisahkan dari perjuangan Abdullah Sam, kiai kampung yang juga alumni psikologi UIN Maliki Malang yang dianggap sukses mentransformasikan kampung "Texas" menjadi kampung berperadaban. Namanya kampung Sumberpucung. Hampir seluruh model perbuatan kejahatan dan maksiat ada di kampung ini. Kampung yang dikenal sebagai perkampungan judi, main dadu, pelacuran, kemiskinan, kekerasan, perselingkuhan, dan label keburukan lainnya. "Bahkan seminggu menjelang kelahiran jabang bayi, orang tuanya menyambutnya dengan perjudian, " cerita Cak Dul--panggilan akrab Kiai Abdullah, Senin (22/5) di Malang.

Upaya tokoh-tokoh agama untuk merubah kampung ini selalu menemui jalan buntu. Cak Dul juga ikut mengikuti jejak pendahulunya. Cak Dul mulai menginisiasi upaya perubahan sosial sejak tahun 1998. Namun hingga tahun 2009, nyaris tiada perubahan. Masyarakat tidak juga bisa tersentuh meski dengan pendekatan agama. Pada akhirnya, persentuhannya dengan perguruan tinggi yang direpresentasikan oleh LP2M UIN Malang telah menghadirkan inspirasi baru bagi Cak Dul untuk menggunakan strategi yang jitu.

Hampir sepuluh tahun berlalu, kini kondisi masyarakat telah berubah drastis. Masjid dan mushala sudah mulai berpenghuni, warga satu kampung kini memiliki 64 jenis profesi, anak-anak sudah mau mengaji, dan lain sebagainya.

Srawung dan Jagong Maton

Persentuhannya dengan UIN Malang memperkenalkan Cak Dul dengan pendekatan baru untuk membangun kesadaran sosial. Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Mufidah menceritakan, bahwa dengan pengalamannya sebagai mantan aktifis mahasiswa, strategi yang diperkenalkan oleh UIN dengan mudah menginspirasi Cak Dul. Mufidah kemudian menggunakan instrumen lokal yang disebut srawung (menjaga pergaulan) dan jagong maton. Srawung dan Jagong maton dua istilah yang mempunyai kemiripan makna yakni selalu menyempatkan bergaul dan ngobrol bersama masyarakat dan jika dimungkinkan membangun kesepakatan-kesepakatan sebagai tindak lanjutnya. Maka tidak aneh jika Cak Dul biasa ikut "mbandar" (judi) di awal-awal aksi pemberdayaannya. Bahkan untuk menjadi orang kepercayaan tokoh atau dukun setempat, dia harus ikut belajar menjadi dukun hingga dia menjadi murid kesayangannya. Tapi di tengah-tengah aksi tersebut, pesan-pesan moral selalu diselipkan. Perubahan memang tidak semudah membalik tangan. Cercaan dan celaan hampir setiap waktu diterimanya bahkan dari sesama koleganya. Tidak mengherankan jika kemudian dia dikenal sebagai kiai sableng. Cak Dul menamai forum interaksinya dengan masyarakat dengan sebutan "Pesantren Rakyat". Istilah tersebut muncul karena pertimbangan dan kritik atas keberadaan dan peran lembaga pendidikan yang mengalami kemandulan dan tercerabut dari akar sosial. Pendidikan yang justru membuat para peserta didik menjadi berjarak dengan masyarakat. "Mereka belajar di pertanian, tapi mereka tidak mau bertani. Mereka belajar teknologi, tapi teknologi apa yang dihasilkan mereka, mereka sekolah agama, tapi sepulangnya mereka enggan ke mesjid dan mushalla, bahkan enggan ngelayat ketika tetangga ada musibah, " cerita Cak Dul prihatin. Kesuksesan proses inilah yang kemudian disebut oleh Kasubdit Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Dit. PTKI Muhammad Zain sebagai model program revolusi mental yang sukses pada saat kunjungan seminggu yang lalu. "Ini menarik sekali dan dapat memperkaya buku panduan pengabdian PTKI, " ujar Muhammad Zain pasca kunjungan ke Pesantren Rakyat.

Succes story inilah yang menginisiasi Mufidah untuk menyelenggarakan Workshop Jejaring Multi Pihak bersama LP2M se Jawa Timur, 22-24 Mei 2017. "Kami berharap peran LP2M makin optimal di tengah masyarakat. Fenomena pesantren rakyat yang sudah mempunyai lebih dari 100 cabang bisa jadi sumber belajar kita semua, " jelas Mufidah.

Hal yang sama juga ditegaskan Kasi Penelitian dan Pengembangan Hak Kekayaan Intelektual Anis Masykhur yang juga hadir pada forum tersebut. "PTKI mempunyai tugas besar menghadirkan model pemberdayaan yang mampu memberikan inspirasi bagi masyarakat. Akan lebih baik lagi jika terintegrasi dengan penelitian sehingga dapat melakukan produksi ilmu pengetahuan berbasis nilai lokalitas," harap Anis penuh semangat. (n15)

oleh admin-dev | Edisi Tanggal: 23-05-2017 Jam: 13:35:18 | dilihat: 1501 kali