Ranking dan Positioning PTKIN



(Gedung UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Seminggu setelah lebaran, kabar menggembirakan datang dari berbagai kampus Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN). QS World University Ranking 2024 edisi ke-20, menempatkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada rangking 127 QS Asia Tenggara, 751-800 QS Asia, dan 101-140 QS dunia khusus untuk kajian Theology, Divinity and Religious Studies.


QS WUR adalah lembaga pemeringkat perguruan tinggi yang menekankan tiga variabel baru: keberlanjutan, penyerapan di dunia kerja dan jaringan penelitian internasional. Ranking yang dihasilkan merupakan analisis dari 17,5 juta makalah akademis dan pendapat ahli dari 240.000 akademisi dan pemberi kerja.


Pada kategori lain, QS WUR juga menempatkan UIN Jambi Peringkat Ke-5 Universitas Islam di Indonesia (peringkat ke-33 nasional), setelah UII (peringkat ke-14), UAD (peringkat ke-25), Unissula (Peringkat ke-27), dan UMY (peringkat ke-30). Mungkin saja ada pertanyaan, kok bisa? Nyatanya, itulah angka-angka yang dihasilkan oleh lembaga pemeringkat tersebut.


UIN Sunan Gunung Djati Bandung juga memperoleh pengakuan internasional dalam hal inovasi, riset dan publikasi ilmiah. Scimago Institutions Ranking merilis dalam situs scimagojr yang menempat UIN Bandung ke dalam kategori best quartile Q1. Ini merupakan kategori tertinggi peringkat universitas berdasarkan indikator kinerja seperti jumlah publikasi berkualitas, faktor dampak jurnal, kolaborasi internasional dan pengaruh riset yang dihasilkan.


Pada sisi publikasi ilmiah, Scimago Journal Ranking (www.scimagojr.com) merilis jurnal-jurnal kajian hukum dan menempatkan 6 jurnal dari PTKIN berada di posisi 10 besar di Asia. Jurnal Ahkam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ijtihad UIN Salatiga, Juris UIN Mahmud Yunus Batusangkar, Samarah UIN Arraniry Aceh, al-Ihkam IAIN Madura dan al-Istinbath IAIN Curup. Yang menarik, jurnal-jurnal hukum yang dikelola dan diterbitkan oleh IAIN juga mampu bersaing di tingkat internasional.


Kampus-kampus di bawah Kemenag RI juga mulai memanen kerja kerasnya untuk memenuhi standar nasional pendidikan tinggi. Baik program studi maupun perguruan tingginya, antara lain seperti UIN Alauddin Makassar, memperoleh peringkat unggul pada AIPT. Ini semua merupakan tanda bahwa PTKIN terus bergerak maju dan makin berkelas. Para rektor dan seluruh civitas akademiknya, termasuk para alumni memiliki andil besar dalam menaikkan reputasi akademik PTKIN sehingga makin diakui publik. 


Pemeringkatan di atas bukanlah segala-galanya bagi PTKIN, tetapi patut disyukuri dan disambut gembira. Perguruan Tinggi Umum (PTU) lainnya jauh lebih baik urutannya daripada PTKIN. Namun, pada dasarnya, pemeringkatan itu merupakan instrumen atau alat (tools) untuk melihat positioning PTKIN di hadapan universitas lain, baik skala nasional, regional maupun internasional.


Banyak kampus yang melihat pemeringkatan itu sekedar sambal lalu, karena sadar bahwa urutan QS WUR itu tidak mewakili keseluruhan kualitas, reputasi dan integritas kampus yang telah dibangun selama puluhan bahkan ratusan tahun. Apalagi lembaga pemeringkat hanya menilai beberapa variabel dan indikator dari sekian banyak variabel dan indikator yang ada. 


Apa pun itu, PTKIN dapat mengambil manfat dari hasil kerja lembaga pemeringkat global untuk memperbaiki dan mengevaluasi diri. Tetapi harus tetap rendah hati karena kampus berkualitas tetaplah kampus berkualitas, mau diukur dengan menggunakan instrumen apapun dari Lembaga manapun.  


Pencapaian ini tidak boleh menjadikan para rektor dan seluruh civitas academika PTKIN jumawa, berpuas diri dan lalu lengah untuk terus berlari mengejar berbagai ketertinggalan. Sebab, kampus-kampus sebelah, baik negeri maupun swasta juga berlari tidak kalah kencangnya dengan PTKIN. 


Berubah Cepat

Dunia sedang berada pada fase perubahan yang begitu cepat. Mungkin sekarang belum pada fase tercepat. Jika diberikan umur panjang, kita mungkin akan menjadi saksi betapa perubahan yang begitu cepat melebihi sekarang, akan terjadi pada pertengahan tahun ini atau tahun depan. 


Rupert Murdoch mengatakan: “The World is changing very fast. Big will not beat small anymore. It will be the fast beating the slow” (Dunia sedang berubah sangat cepat. Bukan yang besar menggigit yang kecil, namun yang cepatlah yang akan mengalahkan yang lambat). Karena cepatnya, Aryanto menyebut perubahan itu sebagai tornado perubahan (2024:1-3). 


Era disrupsi menjadi terminologi yang paling banyak digunakan saat ini untuk menggambarkan dunia yang begitu cepat berubah dan menimbulkan begitu banyak ketidakpastian. Semua bidang kehidupan juga ikut berubah, utamanya di bidang industri elektronik dan jasa, yang secara masif memanfaatkan teknologi internet dan segala produk turunannya. 


Institusi global pemeringkat universitas itu juga dipermudah pekerjaannya karena perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat. Di mana posisi PTKIN dalam perubahan itu? 

Para dosen PTKIN memahami betul bahwa dunia telah berubah, namun PTKIN belum menjadi trendsetter, sutradara atau penulis skenari dalam perubahan itu. Sebagai aktor pun, PTKIN belum menjadi pemeran utama. 


Publik berharap, melalui berbagai riset yang dilakukan dunia kampus, PTKIN dapat menjadi aktor utama melalui berbagai inovasi dan invensi yang makin mempermudah kehidupan masyarakat. Dorongan ini merupakan teriakan bersama agar kolaborasi antara industri dan kampus makin terjalin kuat demi tercapainya kedaulatan dan kemandirian negeri.


PTKIN masih menjadi konsumen atau sekedar mengikuti arus saja dalam perubahan tersebut. PTKIN baru sebatas menjadi user dalam berbagai hiruk-pikuk perubahan dunia. Digitalisasi semua layanan di kampus adalah salah satu buktinya. Digitalisasi kampus memang menjadi penanda bahwa PTKIN telah berubah dan mengikuti perubahan zaman. Meskipun, digitalisasi saja tidaklah cukup dan masih sangat sederhana dalam implementasinya. 


Kampus memang harus berubah. Jika tidak, kampus yang setiap hari berkhotbah tentang perubahan akan digilas oleh perubahan itu sendiri. Berubah tidak cukup hanya dengan kata-kata. Berubah adalah pikiran dan tindakanya nyata.

Sebaik apa pun positioning PTKIN di dalam peringkat, tetap saja ia harus berjuang keras membangun kualitas, reputasi dan integritas akademik dan non-akademik kampus. Dalam dunia yang berubah begitu, bisa jadi peringkat kampus tidak menggambarkan kesungguhan realitasnya. Peringkat juga bisa berubah dalam hitungan hari atau bahkan jam.


Tentu saja, pemeringkatan tetap memiliki manfaat, khususnya dalam rangka untuk menjalin kerja sama antar kampus atau untuk mempengaruhi pilihan calon mahasiswa saat mau kuliah. Kampus yang memperoleh ranking yang baik, tentu membanggakan bagi seluruh civitas academika, khususnya bagi pimpinan kampus dan jajarannya. 


Namun, para rektor tidak boleh jeda lama untuk menikmati intermezo pemeringkatan kampus ini. Mereka harus kembali berlari setelah mengetahui positioning PTKIN di hadapan kampus-kampus lain, baik secara nasional, regional maupun global.

oleh admin-dev | Edisi Tanggal: 25-04-2024 Jam: 03:21:29 | dilihat: 192 kali