Strategi UIN Sunan Kalijaga dalam Mempromosikan Pendidikan Tinggi Islam di Eropa




Salah satu agenda penting yang termasuk dalam perjalanan para delegasi Parlemen Eropa adalah kunjungan ke Universitas Islam Negeri (UIN) Jogyakakarta pada Kamis, 5 November 2015. Kunjungan ini masih dalam rangkaian kegiatan “Promoting Indonesian Islamic Higher Education” yang diadakan oleh Subdit Kelembagaan dan Kerjasama Direktorat Pendidikan Tinggi Islam. Bertempat di Kampus UIN Sunan Kalijaga, Jogyakarta, para delegasi Parlemen Eropa, yakni Joanna Jarecka Gomez (Sekretaris Jenderal European People’s Party di Parlemen Eropa), Laurence Vandewalle (staff Parlemen Eropa Departemen Kebijakan Eksternal), Ana Maria Nogueira (staff Parlemen Eropa Departemen Kebijakan Internal, Unit Pendidikan dan Kebudayaan), Rodeslaw Fiedler (Profesor bidang Ilmu Politik, kajian Agama dan Politik di Dunia, di Adam University Polandia), dan Maniyem (aktivis European Network Against Racism) berkesempatan untuk bertemu dan berdialog dengan para sivitas akademika UIN Jogya.

Diskusi yang bertemakan The Objective and Strategy of State Islamic University of Sunan Kalijaga, Yogyakarta in Promoting Indonesian Islamic Higher Education in Europe: From Cooperation towards Mutual Understanding, sangat menarik perhatian para delegasi dan beberapa mahasiswa yang turut hadir dalam diskusi tersebut. Hadir sebagai narasumber yaitu, Wakil Rektor Bidang Kerjasama Internasional dan Kemahasiswaan (Ruhaini), Direktur Sekolah Paskasarjana (Noorhaidi), serta jajaran rektorat dan mahasiswa. Hadir pula dalam diskusi tersebut yaitu Perwakilan Kedutaan Besar RI di Brussels (Ifan Mahdiyat) dan Perwakilan dari Subdit Kelembagaan dan Kerjasama Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama.

Beberapa isu yang berkembang dalam diskusi tersebut diantaranya mengenai ruh dan semangat pembangunan UIN Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu institusi pendidikan tinggi Islam tertua di Indonesia. Bersama dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, UIN Sunan Kalijaga menjadi salah satu institusi pendidikan tinggi Islam yang mempunyai mandat untuk memperoleh pengakuan internasional sekaligus mempromosikan Islam Indonesia. Di UIN Sunan Kalijaga sendiri, terdapat beberapa mahasiswa internasional di sana, seperti dari Thailand dan Bosnia.

Menurut Ruhaini, Islam Indonesia merupakan suatu konsep di mana Islam dapat diklaim sebagai “kepunyaan” Indonesia. Islam bukan hanya eksis di Timur Tengah, seperti yang mungkin selama ini diketahui oleh banyak orang di Eropa, tetapi juga di Indonesia; meskipun Islam Indonesia tidak diekspos di dunia internasional.

Pernyataan Ruhaini tersebut direspon oleh Joana Jarecka Gomez (Sekretaris Jenderal European People’s Party di Parlemen Eropa), yang menanyakan kemungkinan mengajarkan konsep tersebut kepada muslim di bagian lain di dunia, yang banyak dikenal sebagai Islam radikal yang sangat berbeda dengan Islam Indonesia yang moderat.

Tanya jawab pun berlangsung serius, namun santai. Noorhaidi, Direktur Sekolah Paskasarjana berpendapat bahwa ada konsep yang salah mengenai radikalisme yang diketahui oleh banyak orang di dunia. Oknum radikal bukan muncul karena mengikuti ajaran Islam, tapi dari tekanan ekonomi. “Persepsi yang mengatakan bahwa radikalisme muncul karena diajarkan oleh Islam adalah persepsi yang ketinggalan zaman”.

Selain itu, sebagai universitas yang besar, UIN Sunan Kalijaga selalu membuka peluang bagi calon mahasiswa yang ingin belajar di sana. Bukan hanya bagi mahasiswa, tetapi juga UIN Sunan Kalijaga telah mengadakan banyak skema kerjasama dengan berbagai pihak di dunia internasional. Salah satunya, yaitu mendatangkan akademisi serta pihak penyelenggara pemerintahan Afganistan untuk meninjau bagaimana pengajaran Islam di Jogya. Dan tentunya, hal ini dapat membuka cakrawala Islam di Afganistan.

Lebih lanjut, Fatimah selaku moderator pada diskusi tersebut mengatakan bahwa UIN Sunan Kalijaga menarik banyak perhatian dunia akademik internasional, sebab UIN Sunan Kalijaga tidak hanya mengajarkan Islam yang moderat, tetapi juga dikenal sebagai “rumah” bagi budaya Jawa yang sangat kaya. Hal inilah yang membuat banyak orang tidak hanya ingin datang ke Jogya, tetapi juga belajar di sana. (ich/pye)

oleh admin-dev | Edisi Tanggal: 13-11-2015 Jam: 15:18:13 | dilihat: 784 kali