SUASANA DI UNIVERSITAS SOESSA TUNISIA: LAPORAN TIM POSFI 2015




Tunisia/DIKTIS. Kami yang tergabung dalam POSFI 2015 dan menjadi Duta PTKI, oleh pihak Jurusan Bahasa Arab, Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), Universitas Soessa Tunisia, diminta datang ke kampus (19/10/2015) untuk menyampaikan kisi-kisi materi ajar seputar Islam Nusantara dan Bahasa Indonesia yang akan kami sampaikan setiap hari Rabu.

Dari Apartemen, kami harus naik angkot dari terminal. Tiap orang, 600 milim (Rp 4.200). Tak sampai 10 menit, kami sudah tiba di wilayah kampus dan harus berjalan kaki sekitar 100 meter dari pemberhentian angkot.

Setibanya di kampus, kami agak terkejut melihat suasana kampus yang benar-benar “liberal”, tidak ada nuansa Islami. Mahasiswa bebas pakai celana jeans, kerudung atau tidak juga boleh. Suasana ini jelas imbas dari rezim diktator penguasa Tunisia, Mendiang Habib Borguiba, Presiden Tunisia yang memerintah tahun 1957-1987 yang kemudian dilanjutkan oleh Bin Ali, Presiden Tunisia yang ditumbangkan melalui revolusi damai rakyat Tunisia tahun 2011. Di Era Habib Borguiba, sekularisme di Tunisia sangat wajib. Atribut Islam tidak boleh ada di publik. Berjilbab dilarang, bahkan ia pernah menyeru agar rakyatnya tidak perlu puasa di bulan Ramadan supaya produktifitas tidak kendur dan ekonomi makin meningkat.

Sedemikian getolnya sekularisme di Tunisia sehingga kini meski revolusi telah bergulir dan kesadaran rakyatnya untuk menjalankan syariat Islam kembali tumbuh, namun tetap saja, sisa-sisa sekularisme dan peninggalan Prancis yang lama menjajah Tunisia, masih tetap melekat di Tunisia.

Ketika kami menuju kantin khusus untuk dosen, disana, kami disuguhi kopi susu khas Tunisia yang nikmat rasanya. Kami juga dikenalkan dengan beberapa dosen di Fakultas Adab dan Humaniora. Kami melihat para dosen di Tunisia, tampak santai. Tidak ada atribut khusus, harus pakai kopyah, atau dilarang pakai celana jeans atau kaos. Tidak! Kami melihat para dosen wanita tidak ada yang berjilbab, apalagi pakai niqab (ala ninja). Mereka memakai gaun khas Eropa, bahkan ada yang cukup berkaos. Sedangkan dosen pria, banyak yang bercelana jeans dan berkaos. Kamipun menjadi sulit membedakan mana yang dosen dan mana yang mahasiswa. Semua berpenampilan santai dan bebas, tapi saat mengkaji ilmu, mereka serius dan benar-benar menguasai materi dengan pengalaman meneliti dan membaca literatur yang lengkap. [Taufiq]

oleh admin-dev | Edisi Tanggal: 27-10-2015 Jam: 18:06:38 | dilihat: 642 kali